Perawatan payudara
merupakan kebutuhan perawatan diri yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan
(Pilleteri A, 2002). Apalagi bagi ibu hamil dan menyusui, sangat berguna untuk
kelancaran produksi ASI. Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum
melahirkan, tapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan
terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI (Huliana M,
2003).
Di Indonesia pengetahuan, kesadaran, kemampuan ibu dalam
memberikan hak asasi ibu dan hak asasi bayi menikmati air susunya sangat
memprihatinkan (suaramerdeka, 2008).Padahal seorang ibu dikodratkan untuk dapat
memberikan ASI-nya pada bayi yang telah dilahirkannya. Dengan kodrat itu
merupakan suatu proses alamiah dan juga merupakan tugas mulia bagi ibu sendiri
demi keselamatan diri si bayi di kemudian hari (Manuaba, 1991).
Banyak ibu masih beranggapan bahwa aktifitas menyusui kerap
dihubungkan dengan keindahan payudara. Pakar ASI dr Utami Roesli, Spesialis
Anak, dalam sebuah seminar ASI mengungkapkan bahwa sesungguhnya bukan menyusui
yang mengubah bentuk payudara, tapi proses kehamilanlah yang menyebabkan perubahan
tersebut. Namun itu bukan berarti tidak ada cara membuat payudara indah dan
kencang. Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui selain terlihat indah,
perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan si
kecil mengkonsumsi ASI (Suriviana, 2005).
Perawatan payudara dan puting sangat penting dalam proses
laktasi. Kedua perawatan ini seringkali menjadi “penyelamat” bagi ibu dalam
melewati masa-masa awal menyusui yang kadang terasa sangat berat. Misalnya jika
terjadi puting lecet, seringkali lecetnya ringan saja. Awal yang baik niscaya
membuat proses selanjutnya berjalan dengan baik pula. Dari awal yang baik
tersebut tidak terlepas dari pengetahuan ibu sendiri dalam merawat payudaranya.
Demikian halnya dengan menyusui, ibu yang lebih tahu tentang perawatan payudara
maka cenderung mempunyai keinginan lebih besar dalam menyusui (riau pos, 2008).
Pada sebuah penelitian tentang keberhasilan ibu menyusui, terdapat faktor
penting tentang perawatan payudara, hal ini terbukti dengan diperolehnya data
dari 115 ibu postpartum yang terbagi dalam dua kelompok, dimana angka
keberhasilan menyusui pada 50 ibu yang tidak melakukan perawatan payudara
adalah 26,8% Ini sangat rendah jika dibandingkan dengan 98,1% keberhasilan
menyusui dari kelompok ibu yang melakukan perawatan payudara yang berjumlah 65
orang (Suririnah, 2006).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di ruang nifas
RS Muhammadiyah pada tanggal 1 Mei 2008, terdapat 5 ibu nifas, 4orang
diantaranya menyatakan belum pernah melakukan perawatan payudara. Dari 4 orang
tersebut, 3 diantaranya mengatakan memang tidak tahu bagaimana cara
perawatannya, sedangkan yang seorang lagi mengatakan sudah pernah mendengar
tentang perawatan payudara, akan tetapi hanya sedikit saja.Hal ini terbukti dengan
tidak keluarnya ASI secara langsung, puting ibu yang kotor sehingga ibu
kesulitan untuk menyusui,dan ada seorang ibu yang mengalami puting lecet. Dan
jika itu terjadi, ibu akan cenderung memberikan susu formula agar bayinya tidak
rewel.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas tentang
Perawatan Payudara dengan Minat Ibu untuk Menyusui di RS. Muhammadiyah Kota
Kediri”.
Password : T2ut31J3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Sopan Dan Kami Sangat tidak menghargai Komentar SPAM