Pada
umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi
cukup bulan melalui jalan lahir namun kadangkadang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah.
Setiap wanita hamil bisa saja menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. (Sarwono, P, 2002: 89). Frekuensi terjadinya pre eklampsia di
Indonesia dilaporkan sekitar 3– 10%, dimana frekuensi untuk tiap negara
berbeda-beda, karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya; primigravida,
keadaan sosial ekonomi dan perbedaan dalam menentukan kriteria dalam penentuan
diagnosis. Pada primigravida frekuensi pre eklampsia lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Sarwono, P, 2002:
287).
Profil
penyakit ini bervariasi di seluruh Indonesia, yang kemungkinan dipengaruhi oleh
berbagai faktor berbeda disetiap daerah. Pre eklampsia lebih banyak terjadi
pada tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, usia ibu yang ekstrim (< 20
tahun dan > 35 tahun) dan pada usia kehamilan trimester III (Rambulangi, J,
2003). Pada tahun 1998-2006 dilaporkan frekuensi pre eklampsia dan eklampsia di
12 RS Pendidikan di Indonesia sekitar 3,4–8,5%, dimana 5,3% menyebabkan
kematian perinatal 10,83 per 1.000 (Ridwanamiruddin, 2007). Pre eklampsia -
eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi
fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah,
vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung
dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada pre eklampsia, volume plasma yang
beredar menurun sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit
maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk
perfusi ke unit janin-uteroplasenta (Bobak, 2004: 630-631).
Perlu
diketahui bahwa sindrom pre eklampsia – eklampsia dengan hipertensi, edema dan
proteinurin sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang
bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam waktu yang singkat dapat timbul pre
eklampsia bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa
pemeriksaan antenatalcare, yang teratur dan rutin untuk mencari tanda-tanda pre
eklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan pre eklampsia – eklampsia
(Sarwono, P, 2002: 282).
Berdasarkan
Laporan Dinas Kesehatan Kota Kediri, kejadian pre eklampsia – eklampsia di Kota
Kediri pada tahun 2007 dilaporkan sebanyak 35 kasus. Dimana distribusi penyakit
ini terbanyak terdapat di RSUD Gambiran Kota Kediri yaitu 15 kasus, RS
Bhayangkara sebanyak 5 kasus, RS Baptis sebanyak 7 kasus, RSI Al-Arafah
sebanyak 4 kasus dan RSIA Melinda sebanyak 4 kasus.
Berdasarkan Buku Laporan Harian Ruang Bersalin di RSUD Gambiran Kota Kediri periode tanggal 1 Januari–29 Pebruari 2008, di dapatkan ibu bersalin dengan pre eklampsia ringan sebanyak 3 orang , pre eklampsia berat sebanyak 3 orang dan eklampsia sebanyak 1 orang. Dimana ke 7 penderita ini 4 primipara dan 3 multipara serta usia penderita rata-rata sekitar 20-35 tahun.
Dari fenomena di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui ” Karakterisrik ibu hamil dengan pre eklampsia - eklampsia di RSUD Gambiran Kota Kediri periode 1 Januari–31 Desember 2007 ”.
Password : jW8l5aY3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Sopan Dan Kami Sangat tidak menghargai Komentar SPAM