ASI Ekslusif adalah
pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa
terjadwal dan tidak diberi makanan lain walaupun air putih sampai bayi berumur
6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan bayi diperkenalkan dengan makanan
tambahan yang lain. Karena pada saat berumur 6 bulan sistem pencernakannya
mulai matur. (Hubertin, S.P, 2004)
Menyusui secara ekslusif selain meningkatkan kesehatan dan
kepandaian secara optimal ASI juga membuat anak potensial, memiliki emosional
yang stabil dan spiritual yang matang, serta memiliki perkembangan sosial yang
baik. Bayi yang mendapat ASI Eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare sangat
kecil. Berbeda dengan kelompok bayi yang diberi susu formula lebih sering
mengalami diare. Dengan demikian kesehatan bayi yang mendapat ASI akan lebih
baik bila dibanding dengan kelompok bayi yang diberi susu sapi. Keuntungan ini
tidak hanya diperoleh bayi tetapi juga dirasakan oleh ibu, keluarga dan negara.
(Utami, R, 2000)
Bidan sebagai orang pertama yang melakukan pertolongan
pertama pada persalinan mempunyai tanggung jawab pokok terhadap pelayanan
kesehatan ibu dan anak, harus mampu menerapkan pemberian ASI Ekslusif. Peran
bidan sebagai pelaksana dalam pemberian ASI Ekslusif antara lain mengajarkan
ibu cara menyusui yang benar, pemberian ASI segera setelah lahir, menghindari
penggunan dot, kebutuhan nutrisi saat menyusui dan managemen laktasi. Sedangkan
peran bidan sebagai pendidik dalam pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah
bidan mampu memberikan penyuluhan dan pemahaman terhadap ibu tentang pentingnya
ASI Eksklusif sehingga ibu menyadari dan merasakan bangga dan bahagia serta
prospek dalam menyusui bayinya. (Hubertin, S.P, 2004). Salah satu alasan
pemberian ASI Eksklusif yang tidak berhasil adalah bidan yang memisahkan bayi
dan ibunya begitu dilahirkan. Padahal menyusukan bayi segera setelah lahir akan
membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif. (Meutia, H, 2008).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Sainur pada tahun 2006
tentang peran bidan dalam pemberian ASI segera di wilayah kerja dinas kesehatan
kota Blitar. Dengan 30 responden diperoleh 11 orang yang berperan baik, 16
orang berperan cukup dan 3 orang berperan kurang dalam pelaksanaan ASI segera.
Peran bidan sebagai pendidik diperoleh dari 30 responden tersebut 8 responden
berperan baik 17 responden cukup dan 4 responden kurang sedangkan 1 responden
dengan peran sangat kurang.
Meskipun usaha untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif
sangat gencar dilakukan tapi pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan.
Hal tersebut tergambar dari cakupan pemberian ASI ekslusif 6 bulan hanya 39,5%
dari keseluruhan bayi dan terdapat peningkatan pemakaian susu formula sampai 3
kali lipat antara 1997-2002. Berdasarkan data yang ada pada tahun 2002-2003
bayi dibawah usia 4 bulan yang diberi ASI ekslusif hanya 55% sementara itu
pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 2 bulan hanya 64%. 60 % pada bayi berusia
2-3 bulan dan 14% pada bayi 4-5 bulan (Meutia, H, 2008)
Hasil praktek kerja lapangan di Desa Sumberejo
Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri pada tanggal 10-29 Maret 2008 peneliti
mendapati fenomena dari 43 bayi yang berumur 0-6 bulan didapat 33 bayi saja
yang sudah mendapat ASI Eksklusif sisanya tidak mendapatkan ASI eksklusif
dikarenakan ibunya bekerja dan kurangnya motivasi dan informasi dari tenaga
kesehatan. Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimanakah peran bidan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Ngasem Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri.Download : Gambaranperan bidan dalam pemberian asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ngasem Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri
Password : gY7mn9I7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Sopan Dan Kami Sangat tidak menghargai Komentar SPAM