Menopause
bukanlah peristiwa yang terjadi secara mendadak. Ia merupakan proses yang
berlangsung lama. Artinya, meskipun seorang perempuan mengalami haid yang
berhenti sama sekali pada usia 50 tahun misalnya, ia mungkin sudah merasa bahwa
siklus haidnya mulai berubah sejak ia berusia 40 tahun. Menstruasi itu
benar–benar tidak datang lagi rata– rata seorang perempuan mencapai umur 50
tahun (dengan rentang antara 48 dan 52 tahun). Secara medis seorang perempuan
akan dinyatakan sebagai “telah mengalami menopause“ jika selama setahun tidak
pernah sama sekali haid lagi (Titi Irawati, 2007).
Berhentinya
siklus menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena
sudah tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya
perasaan tak berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir
akan adanya kemungkinan bahwa orangorang yang dicintainya berpaling dan
meninggalkannya. Perasaan itulah yang sering kali dirasakan wanita pada masa
menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan (Admin Setyo P, 2008).
Menurut Fajar (2003), tidak ada angka pasti
wanita menopause di Indonesia, tetapi diperkirakan sekitar 10% dari jumlah
wanita. (Ika, 2003). Menurut Kartono (1992) perubahan psikis yang terjadi pada
masa menopause dapat menimbulkan sikap yang berbeda-beda, diantaranya yaitu
adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simptom-simptom psikologis
seperti depresi, mudah tersinggung, mudah menjadi marah, mudah curiga, diliputi
banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur, karena sangat bingung dan
gelisah (Admin Setyo P, 2008).
Lebih kurang 70% wanita peri dan pascamenopause
mengalami keluhan vasomotorik, depresif, dan keluhan psikis dan somatik
lainnya. Berat atau ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita.
Keluhan-keluhan tersebut mencapai puncaknya sebelum dan sesudah menopause, dan
dengan meningkatnya usia, keluhan-keluhan tersebut makin jarang ditemukan.
(Ali, 2003).
Berbagai cara penanganan dan pencegahan pada
keluhan yang timbul pada menopause seperti pengaturan makanan, olah raga yang
cukup, pemberian terapi hormon pengganti dan pengelolaan diri akan memberikan
warna baru bagi seorang wanita dalam menjalankan kehidupannya. Dewasa ini
pengelolaan diri sangatlah penting dalam pencapaian proses penyembuhan. Bentuk
pengelolaan diri ini dapat ditempuh dengan banyak cara seperti berdoa, meditasi
kesehatan dan yoga, termasuk di dalamnya adalah dengan menggunakan metode
hipnosis/hipnoterapi (Stephanus P Nurdin, 2006).
Menurut Stepanus, dokter dari RSIA Budhi Jaya
Jakarta Selatan (2006), perempuan menopause dapat menjalani hipno-menopause
terapi. Metode hipnoterapi modern dengan orientasi kepada pasien ini bertujuan
membuka kesadaran klien untuk mengetahui masalah utama sebagai dampak menopause
dan membantu untuk menyembuhkan atau menyelesaikan masalahnya oleh dirinya
sendiri. Pasien jadi merasa lebih nyaman dan dapat menerima kondisinya, lebih
percaya diri, sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari (Evy Rachmawati,
2006).
Dari hasil studi
pendahuluan di Desa Pakunden Wilayah Kerja Puskesmas Pesantren II Pesantren
pada tanggal 15 April 2008 didapatkan jumlah wanita menopause yang datang saat
posyandu lansia sebanyak 19 orang dan 7 diantaranya memperhatikan perubahan
penampilan pada dirinya. Perubahan penampilan itu sendiri merupakan faktor
penyebab kecemasan. Dari data di atas, peneliti ingin mengetahui adakah
perbedaan tingkat kecemasan pada wanita menopause sebelum dan sesudah hipnoterapi
di Desa Pakunden Wilayah Kerja Puskesmas Pesantren II Pesantren Kota Kediri
Password : lgt2S7ri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Sopan Dan Kami Sangat tidak menghargai Komentar SPAM